Follow Me

Jumat, 02 Maret 2012

SECANGKIR TEH BERSAMA TUHAN


             Ah, terima kasih Tuhan, aku tahu Engkau sibuk, tapi Engkau mau menyempatkan waktu minum teh denganku sore ini. AKu tahu ada berapa milyar orang yang harus Engkau urus saat ini, dan aku merasa terhormat sekali Engkau memilih untuk minum teh bersamaku.
              Tuhan, apakah Engkau kenal dengan Ahmad Dhani ? Tentu.. tentu.. aku tidak akan mebuang waktu-Mu untuk mebicarakan dia. Ini tentang lagu ciptaannya. Judulnya kalau tidak salah Munajat Cinta atau sejenis itulah. Liriknya begini, : “ Tuhan kirimkanlah aku, kekasih yang baik hati… yang mencintai aku… apa adanya….”  Tuhan tahu lagu itu kan? Haha, tentu.. bodoh rasanya bertanya. Dunia ini milik-Mu. Tentu Engkau tahu.
                Nah, itulah yang ingin ku perbincangkan dengan-Mu sore ini Tuhan. Ya ! Kekasih ! Aku tidak akan repot-repot mengundang-Mu minum teh jika aku akan meminta sesederhana yang diminta Ahmad Dhani. Aku ingin meminta yang muluk-muluk. Maukah Engkau mendengarkan, Tuhan ?
                Aku tahu, aku terlalu banyak meminta pada-Mu, sementara aku tak pernah memberi apa-apa pada-Mu. Maafkan aku. Tapi maukah Engkau tetap mendengarkan dan mengabulkannya ? Yah, aku ingin seorang kekasih, Tuhan. Tidak perlu seorang yang gagah, seorang yang kaya, seorang yang terkenal, seorang yang terlalu cerdas, tentang hal-hal yang pasti di dunia ini. Tidak perlu yang seperti itu.
                Aku tidak akan mengatakan HANYA Tuhan, karena aku ingin meminta banyak. Aku ingin seorang kekasih yang bahagia  melihat aku tertawa bukan bahagia melihat aku menangis. Aku ingin kekasih yang tertawa bersamaku dan menangis bersamaku. Aku ingin kekasih yang punya mimpi yang sama denganku. Aku ingin seseorang yang mau membangun kehidupan ini dari awal bersamaku. Mengumpulkan sekeping demi sekeping untuk membangun semua rumah impian. Aku ingin seorang kekasih yang memilih aku untuk bersamanya Tuhan. Bukan memilih sebuah kehidupan dengan aku sebagai bagian didalamnya. Aku ingin seorang kekasih yang berkata, “Aku yang menyapu kamu yang cuci piring, yah” sambil tersenyum hangat. Aku ingin seseorang yang berdiri di depanku ketika hinaan dan cobaan datang kepadaku, Tuhan. Aku ingin seseorang yang memandang masa laluku sebagai bagian yang lalu dari kehidupanku, dan berkata “Lupakan itu! Sekarang aku bersamamu!” bukan menjadikannya bahan untuk menghinaku. Aku ingin seorang yang menggenggam tanganku Tuhan, berjalan bersamaku, bukan berjalan di depanku atau berjalan di belakangku, tapi tepat berada disampingku.
Dan terlebih ya, Tuhan aku ingin seorang yang bangun di Minggu pagi dan berkata dengan ceria, “Ayo kita ke gereja !” atau “Ayo berdoa bersamaku.”  Bukankah itu yang sejak tadi Engkau harapkan keluar dari mulutku?? Ya, Tuhan ! Aku rindu seseorang yang seperti itu. Sangat !
Ahh.. Tentu Tuhan, aku tidak mengharapkannya sekarang. Aku bisa menunggu. Tiga tahun, bahkan lima tahun lagi. Aku akan menunggu Engkau memberikan yang terbaik. Aku mau menunggu Engkau mencarikannya untuk aku. Mendengarkan hingga ke bagian bumi yang terjauh sekalipun. Seseorang yang memiliki doa yang sama denganku sekarang. Aku sama sekali tidak keberatan menunggu hingga beberapa waktu lagi. Hingga kesepian ini mulai membunuh, hingga aku tak lagi mampu bertahan  dengan beban kehidupanku dan membutuhkan seseorang untuk menepuk-nepuk bahuku dan berkata, “ Tenanglah, semua akan baik-baik saja.”
Tuhan, tidakkah ini menyenangkan ? Minum teh bersama-Mu ? Harusnya aku melakukan ini dari dulu, bukan ? Supaya aku tidak perlu menangis karena telah memilih orang yang salah. Orang yang sesungguhnya tidak pernah bisa jujur pada dirinya sendiri bahwa dia tidak pernah bisa mencintai.
Ahh, sudahlah.. Aku senang Engkau mau minum teh bersamaku Tuhan. Kuharap gulanya sesuai dengan selera-Mu. Dan tehnya tidak keburu dingin, karena aku bahkan belum sempat mempersilakan-Mu minum, dan ceritaku terlalu panjang. Maafkan aku, Tuhan. Minumlah. Terima kasih mau meluangkan soreMu untuk minum teh denganku. Ini sangat berarti untukku, Tuhan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar