Follow Me

Sabtu, 24 Maret 2012

Tentang Pendakian



            Ini tentang sebuah pendakian. Sebuah pendakian rumit menuju sebuah puncak.
Dia adalah seorang lelaki miskin yang tinggal di sebuah desa di lembah yang subur. Dia telah lama mengamati sebuah gunung tinggi dengan puncak yang tidak kelihatan di Selatan desanya. Konon, barangsiapa yang berhasil mencapai puncak gunung itu akan menjadi kaya raya dan memperoleh ketenaran. Bahkan terdengar desas-desus, siapa yang pertama mampu mencapai puncak gunung itu akan menguasai seisi pulau.
Sang lelaki menatap bajunya yang penuh koyakan dan usang. Suatu tekad mulai terbangun jauh di dalam hatinya. Ia menatap teman-teman sepermainannya yang telah lebih dahulu berhasil. Ia menatap dirinya sendiri dan kecewa. Betapa bertahun-tahun berlalu, dan dia tetap tak punya sesuatu untuk dibanggakan.
Maka suatu pagi, dia beranjak dari tidurnya dan menyiapkan segala sesuatunya. Dia sudah memutuskan untuk menjadi seorang pendaki gunung keberhasilan itu. Dia mulai berpamitan dengan orang-orang di sekitarnya. Ibunya tidak mengatakan apa-apa, pun tanpa air mata. Matanya hanya menyiratkan doa penuh harapan dan semangat kepada sang anak. Sang ayah memberikan tepukan di bahu sang Lelaki sambil mengucap semoga berhasil. Gadis sang Lelaki tersedu, “Aku akan menunggumu di sini sampai engkau pulang.” Sembari menggegam tangan sang Lelaki.
Sang lelaki pun berangkatlah dengan tidak menoleh lagi ke belakang. Meninggalkan orang-orang yang mencintainya. Dia menatap gunung yang berdiri tinggi dengan mata berapi dan berteriak dalam hatinya,”Aku akan menaklukkanmu. Apapun caranya !”.
Gunung itu sangatlah tinggi, curam dengan batu-batu yang tajam. Sepanjang jalan dipenuhi semak belukar berduri dan ular-ular beracun. Namun demikian, sang Lelaki belum menyerah. Sepanjang jalan dia bertemu sesama pendaki. Mereka menapaki jalan bersama-sama.
Semakin jauh perjalanan, keserakahan mulai muncul di dalam hati sang Lelaki. Di sepanjang perjalanan menuju puncak, mereka menemukan bongkahan-bongkahan besar emas dan batu-batu permata. Timbul pikiran jahat dalam hati sang Lelaki. Dia pun mencelakakan teman-teman seperjalanannya. “Aku tidak mungkin mencapai puncak bersama mereka. Ini harus menjadi milikku sendiri.” Bisiknya dalam hati. Lalu dia mendorong teman seperjalanannya yang telah setia menemaninya ke dalam jurang yang didapatinya dalam perjalanan. Dia tertawa puas ketika didapatinya temannya tak lagi terdengar.
Gunung itu bukanlah gunung yang mudah untuk didaki. Semakin tinggi,semakin berat rintangan yang menanti sang Lelaki. Dia mulai lelah. Dia mulai teringat keluarga dan gadisnya. Merindukan kehangatan yang dirasakannya bersama mereka. Namun dia mengabaikannya dan mulai meneruskan perjalanan. 
Perjalanan menuju puncak yang terlalu jauh itu membuat nurani sang Lelaki mulai terkikis. Dia mulai melupakan kasih sayang dan cinta. Tidak ada lagi kepedulian tentang orang-orang yang mencintainya. Dia hanya memikirkan kebahagiaan yang akan didapatkannya ketika ia tiba di puncak nanti. Dia mulai melupakan tentang kerinduan.
Suatu masa, dia mendengarkan kabar dari burung-burung yang melepas lelah di atas ranting-ranting pohon. Orang-orang di bawah sana mulai mengeluk-elukkan dia. Bahwa dia telah setengah perjalanan menuju puncak. Dia begitu bahagia dan bangga akan dirinya. Dia mendengar gadis-gadis kota pun bahkan mulai menaruh perhatian padanya. Dia semakin pongah. Dia telah melupakan orang-orang yang dahulu mencintainya. Sama sekali. Kejahatannya pun semakin menjadi. Dia menjatuhkan siapapun yang dia temui dalam perjalanan dan merebut emas dan batu berlian yang mereka temukan. Dia semakin dekat kepada puncak. Rasa berpuas diri semakin membuncah di dadanya.
 Hari berlalu dan puncak tak lagi jauh. Sang Lelaki mulai kelelahan. Beban emas dan batu berlian di punggungnya begitu membebani. Hatinya pun telah membatu tentang kasih sayang. Pendakian ini telah membekukan hatinya untuk mengasihani dan mencintai. “Sedikit lagi.”, katanya. Sang lelaki telah begitu kelelahan. Kakinya melepuh dan berdarah. Bajunya pun semakin koyak tergerus bebatuan dan semak. Tetapi dia tetap mendaki. Mendaki menuju puncak.
Di sebuah hari yang cerah dengan langit yang begitu biru dan kicauan burung, berakhirlah pendakian sang Lelaki. Dia tiba di puncak yang selama ini diimpikannya. Dia menatap kagum ke sekelilingnya. Dia dapat melihat seluruh pulau bahkan laut dan pulau seberang. Tapi dia begitu kesepian  di atas sana. Dia hanya seorang diri. Sekejap, dia teringat orang-orang yang mencintainya di bawah sana. Namun sebuah lonjakan kecil timbul dalam hatinya. “Hey.. aku berhasil…. Aku tiba di puncak…!!!!”, dia berteriak lantang. Suaranya menggema nyaring hingga ke lembah.
Sang lelaki terdiam sesaat kemudia dia mulai melompat –lompat dan menari kegirangan. Dia melupakan segalanya. Namun tiba-tiba, gendongannya yang berisi bongkahan-bongkahan emas dan batu berlian yang susah payah dibawa dan diperjuangkannya sepanjang perjalanan terjatuh ke dalam jurang tak jauh dari situ. Sang lelaki berusaha meraihnya.
Terlambat. Gendongannya jatuh kedalam jurang yang amat dalam. Sang lelaki, tanpa berpikir panjang mendorong dirinya mencoba merengkuh kembali kekayaannya. Dia ikut terjatuh kedalam jurang yang dalam itu.
Di dasar jurang, sang Lelaki diambang kematian. Dia mulai teringat kembali dengan orang-orang yang mencintainya. Ibunya, ayahnya, dan gadisnya yang menunggunya dengan setia. Dia memejamkan mata dan wajah-wajah orang yang mencintainya terbayang dibawah pelupuk matanya. Dia menangis. Tangannya menggenggam lemah emas dan batu berlian yang mencelakakannya. Semuanya telah sia-sia.
Tidakkah kita becermin ?? Bahwa kitalah sebenarnya sang Lelaki malang ini ???

Minggu, 18 Maret 2012

#NoComplaintWeek Day 7


18 Maret 2012. Ahh.. Hari terakhir. Tujuh hari rasanya cepat berlalu yah. Teringat hari pertama ikutan #NoComplaintWeek. Ada yang ngejek, ada juga yang mendukung. Bahkan dipertengahan minggu pun masih ada yang ngeremehin. Tapi seneng deh bisa bertahan. Agak menyesal juga sih umbar-umbar kalo ikutan #NoComplaintWeek. Kalo ga ada yang tahu, pasti godaannya lebih gede. XD
Hari ini, setelah 7 hari menahan napsu untuk mengeluh, cobaan untuk mengeluh rasanya mulai terasa lagi. Tapi berhubung sudah ‘terlatih’ untuk menahan, semuanya bisa dilawan dengan senyuman. Mulai bisa mengabaikan hal-hal sepele yang bisa menjerumuskan ke jurang per-keluh-an. (halahh..bahasa apaan tuh?! XD ).  
                Tujuh hari komitmen sudah berlalu. Besok tidak ada lagi hastag #NoComplaintWeek di status BBM. Tidak ada lagi #NoComplaintWeek  wara-wiri di timeline. Tapi apakah itu artinya sudah berakhir ? Tentu saja tidak ! Ini sebenarnya baru permulaan. Permulaan untuk tidak mengeluh selama  41 minggu kedepan. Bahkan untuk seterusnya.
                Sebagai manusia, musatahil rasanya jika tidak pernah mengeluh sama sekali.  Masalah pasti selalu ada, dan mengeluh tidak akan terhindarkan. Tapi perlukah mengeluh untuk hal-hal yang sama sekali sepele ataukah mengeluh untuk hal-hal yang tidak bisa kita ubah ? Macet atau cuaca panas misalnya. Selama seminggu ini saya berusaha untuk menikmati hal-hal sepele yang tidak bisa saya hindari dan keluhan pun bisa saya hindari. Jadi seperti itulah.
                Satu hal yang saya pelajari  sejak dulu adalah, mengeluh hanya membuat kita tampak sebagai orang yang lemah dan tidak tegar. Membuat kita seperti tidak mampu untuk menyelesaikan sesuatu. Saya juga memperhatikan, bahwa orang yang suka mengeluh menjadi pribadi yang tidak menyenangkan (buat saya pribadi sih).
                Tujuh hari # NoComplaintWeek, mengajarkan saya untuk bersyukur dan lebih bersyukur lagi untuk segala sesuatu yang sudah saya peroleh dalam kehidupan saya.  Memahami bahwa apa yang saya alami masih jauh lebih baik dibandingkan orang lain, dan rasanya konyol kalau harus mengeluh.
                Terima kasih untuk Om Hendry Manampiring yang sudah memfasilitasi  #NoComplaintWeek . Seru dan penuh insipirasi. Menyenangkan bisa menelaah hidup dari sisi yang sederhana seperti tidak mengeluh. Yah, seminggu ini adalah pemanasan untuk minggu-minggu berikutnya dan seterusnya, untuk melihat perspektif hidup tidak hanya dari sisi negative, tapi mencoba menemukan sisi positif di balik sisi negative itu.  
                He who avoids complaint he invites happiness ~ Abu Bakr
                Sekian. Selamat berjuang untuk tidak mengeluh. J

Sabtu, 17 Maret 2012

#NoComplaintWeek Day 6


17 Maret 2012.  Wah ! Sudah hari keenam. Prestasi tersendiri saya bisa sampai pada hari keenam. Proud of myself !
Hari Sabtu, yang bagi sebagian orang adalah weekend yang artinya libur. Buat saya sama ajah kaya hari biasa. Weekend buat saya mulainya pukul 14.00 waktu jam pulang kantor. Pertama kali tahu kalo Sabtu kantor saya tetep masuk kantor, ngeluh sih. Tapi lama-lama enjoy juga. Soalnya Sabtu identik dengan mati lampu. Mending di kantor, bisa nonton tipi dan ga kepanasan di dalam ruangan ber-AC.
Jadi, apa kabar dengan #NoComplaintWeek hari keenam ini ? Hmm.. biasa ajah sih. Mungkin kaya kata Om Hendry, sudah terbiasa selama 5 hari mengurangi keluhan jadinya bisa “tegar” buat hadapi setiap masalah. Hari ini tidak ada yang cukup berat untuk dikeluhkan. Syukurlah.
Selama 6 hari ini mengikuti project #NoComplaintWeek, saya menemukan beberapa hal. Salah satunya adalah kabar baik bahwa selama 6 hari #NoComplaintWeek berat badan saya bisa naik 1 kg !! FYI sudah 3 bulan terakhir saya berusaha menaikkan berat badan. Dan hasilnya konstan malah sering turun lagi. Sesuatu yang bisa saya simpulkan adalah sebuah masalah diciptakan bukan untuk dikeluhkan, tapi untuk diselesaikan. Dengan mengeluh, hati jadi mumet nafsu makan terganggu (buat saya sih). Tanpa keluhan saya hepi dan berat badan naik. Yey !!
Hal lain yang saya pelajari adalah, postingan temen-temen seperjuangan yang ikutan #NoComplaintWeek. Kalo dipikir-pikir sih, masalah dan keluhan saya masih sangat sepele dibandingkan temen-temen yang lain. Jadi apa alasan saya untuk mengeluh ? Tidak ada ! Masalah dan tantangan hidup pasti selalu ada, tapi satu hal yang saya yakini adalah Tuhan tidak pernah memberikan cobaan yang lebih dari kekuatan umat-Nya. Jika saya menghabiskan waktu untuk mengeluh dan bukannya menyelesaikan masalah maka saya akan menjadi seseorang yang lemah.
Jadi, untuk apa mengeluh, jika kita yakin bahwa kita sebenarnya mampu ?? Selamat berjuang di #NoComplaintWeek hari terakhir besok. Untuk memperbaiki diri bukan ditentukan oleh orang lain tapi diri sendiri. Tetap semangat ! Sekian. J  

Jumat, 16 Maret 2012

#NoComplaintWeek Day 5



16 Maret 2012 #NoComplaintWeek sudah sampai pada hari yang kelima. Wuaahh !! Tidak terasa. Hari kelima ini, cobaan sudah dimulai bahkan sejak belum bangun tidur.
Dini hari, terbangun gara-gara bunyi hujan. Yang sempat terpikir adalah, apa kabar saya yang harus ke kantor naek motor tanpa jas hujan ?? Tapi sudahlah! Anggap saja tantangan untuk #NoComplaintWeek  hari kelima. Jadilah, berbekal jaket tebal menembus hujan. Lucky me, hujan berubah gerimis waktu saya keluar dari rumah sampai tiba di kantor. Ini efek bersyukur dan tidak mengeluh pagi-pagi, iya kan? :D
Sore hari mau masak nasi, liat beras tinggal segaris, teringat kejadian yang harusnya bikin keluhan massal di kantor. Beberapa hari belakangan, di kantor lagi heboh tentang “Tunjangan Beras”. Teman-teman kantor sudah berekspektasi rapelan tunjangan beras selama 17 bulan ini akan berjumlah ratusan ribu. Apalagi ada kabar ada kenaikan tunjangan. Jadi deh, trending topic yang dinanti-nantikan. Tiba-tiba ada teman yang datang ngasih kabar, tunjangan beras ini cuma Rp7000,- per bulan dan cuma dibayarkan selama dua bulan bagi kami kami yang masih berstatus CPNS. Jadi tunjangan beras yang saya terima selama 2 bulan adalah Rp14.000,-. Karena penasaran, saya nge-googling tentang tunjangan beras ini. Dan dapat Permenkes-nya ftp://ftp1.perbendaharaan.go.id/peraturan/perdirjen/2012/PER_11_PB_2012.pdf.  Sedangkan harga beras untuk IR 46 sendiri di pasaran berkisar Rp8.000,- sampai Rp8.500,-. Cukup ? Relatif ! Yah, bersyukur ajah deh (bahkan sempat ngakak). Syukur-syukur masih dapat, masih bisa makan tiga kali sehari, yang penting semua yang didapatkan halal. Bahkan sempet terharu, dulu orang tua saya juga banting tulang demi beras buat makan anak-anaknya. Gini toh, rasanya.Dan orang tua saya tidak pernah mengeluh. :').
Hari kelima #NoComplaintWeek, tiba-tiba kangen keluarga, kangen temen-temen kampus dan suasana kampus. Nasib perantau yang jauh dari orang-orang yang yang disayang dan menyayangi. Dan teringat kalau baru ajah putus. Hoaahh ! Bahkan tidak sempat galau soal itu sama sekali. #NoComplaintWeek was the best move on step, ever ! Dengan tidak mengeluhkan apa yang sudah terjadi di masa lalu, saya bisa bangkit dan tetep hepi. Nah, yang terjadi terjadilah.  Mengeluh tidak akan mengubah apa yang sudah terjadi. Sekian untuk hari ini. Masih tersisa dua hari. Semoga tetap semangat.  J

Kamis, 15 Maret 2012

#NoComplaintWeek Day 4



15 Maret 2012, hari keempat. Yay ! Sudah melalui empat hari dan saya masih disini, masih konsisten dan semangat untuk #NoComplaintWeek.
Setelah 3 hari, hari keempat ini rasanya lebih ringan dari keluhan-keluhan. Hal-hal kecil seperti kepanasan, nunggu teman yang ngaret, atau nunggu antrian di kantor kecamatan demi photo session E-KTP, ataukah creambath kemahalan untuk kantong PNS pun sudah bisa terganti dengan cengiran hepi.
Cobaan datang setelah malam hari. Wisata kuliner bersama sepupu. Karena kita datangnya cuma berdua, sementara di meja sebelah rame-rame. Jadilah kita digodain. Si teman cewe malah nyisir rambut dengan cueknya menghujani serabi keju coklat kita yang masih separuh dengan berbagai organisme biotik dan anbiotik  yang hidup dikepalanya. Berhubung sepupu tahu saya lagi ikutan #NoComplaintWeek, jadinya kita berdua cuma saling pandang tanpa ekspresi. Ya sudahlah, kali ajah si cewe lagi pengen tampil kece depan gebetan. Kita pikirnya gitu ajah.
Nah, berhubung lagi sama sepupu, maka lancarlah cerita dan tanpa sadar mulai deh keluar curhatan. Dan upss… saya ingat kalo lagi #NoComplaintWeek. “Tuhh kannn… kamu jadi “penggagal” #NoComplaintWeek saya.” Sepupu saya jawab “Bagus dong, artinya saya jadi “penggangu” biar “iman” kamu tambah kuat. Artinya self control saya lebih bagus dari kamu”.
Sepanjang jalan pulang, saya berpikir. Selama tiga hari berhasil untuk #NoComplaintWeek mungkin karena saya cenderung beraktivitas secara  individualis. Kurang berinteraksi sama orang-orang. Makanya cobaannya juga dikit. Giliran ada kesempatan untuk curhat dan mengeluh, keluar dehh semua keluhan.  Saya bisa menahan diri karena tidak ada tempat untuk mengeluh, dan giliran ada temen untuk mengeluh, keluar deh semuanya.
Kesimpulan untuk hari ini, mengeluh  bisa terjadi karena ada kesempatan. Jadi bagaimana caranya saya mengontrol diri supaya keluhan saya itu tidak ngebawa dampak negatif buat orang lain terlebih buat diri sendiri. Kalau bisa sih ga ngeluh sama sekali. Soalnya, keluhan itu rasa-rasanya kaya penyakit. Bisa nular. Jadi kalo saya ngeluh bisa jadi temen ngobrol saya ikutan ngeluh,kaya kata sepupu saya tadi, kalo self controlnya kurang. Curhat mungkin hak asasi yah, tapi harus pinter-pinter biar curhat itu bisa menjadi sarana mengeluh positif yang menghasilkan jalan keluar. Itu yang saya pelajari dari insiden serabi tadi.
Hmm.. Seneng deh #NoComplaintWeek bisa ngajarin banyak hal-hal yang sebelumnya tidak saya sadari. Sekian untuk hari ini. Mudah-mudahan besok bisa lebih baik lagi. :) 

Rabu, 14 Maret 2012

#NoComplaintWeek Day 3



14 Maret 2012. Hari ketiga #NoComplaintWeek. Bagaimana progress saya untuk hari ketiga ini ? Apakah kadar mengeluh saya semakin tinggi ataukah semakin berkurang ? Hmm.. Let see. Hari ketiga #NoComplaintWeek, hari ini tantangan tidak begitu banyak. Walaupun demikian, tidak mengurangi kadar gigit bibir untuk mengeluh.
Seperti hari-hari biasanya, hari rabu adalah hari sibuk, ditambah pula dengan deadline laporan bulanan untuk bulan  Februari. Jadilah, dari pagi sudah sibuk ngubek-ngubek data. Laporan belum klop dan harus mencari dua orang yang hilang di antara 8530 orang di 15 ruangan perawatan.  Ceritanya basa-basi ke partner kerja biar dibantuin, secara ini kerjaannya juga. Ehhh.. yang ada malah diketawain. Oh my…. Ngedumel, sumpah serapah, dan kawan-kawan bener-bener sudah di ujung lidah, tapi ingat komitmen #NoComplaintWeek, yah Cuma senyum nyengir garing sambil jalan lunglai dengan setumpuk map-map.
Singkat cerita, mulailah saya mencari diantara sekian banyak orang-orang itu (rasanya sekarang ngerti perasaannya Ayu Ting-Ting). Dari pagi sampai tengah hari baru nemu satu orang, masih ada satu lagi. Untuk menghindari frustasi (hoalahh), saya tinggalin dulu kerjaan yang itu, trus ngerjain pekerjaan yang lain. Cukup efektif. Jadinya ga jenuh dan sambil kerja, sempat-sempatin cari ide bagaimana saya bisa nemu satu orang yang masih hilang ini.
Mengandalkan ide dadakan yang ditemukan kala ngerjain kerjaan yang lain, mulailah saya mencari lagi. Daann jengjeenng…. Setelah hampir 4 jam mencari akhirnya ketemu juga si Mr. Ridwan. (sampai ingat namanya, saking kerasnya perjuangan mencari). Call me lebay, tapi waktu nemu rasanya bener-bener pengen nangis. Terharu, karena bisa ngerjain sendiri tanpa mengeluh. Coba temen saya yang ngerjain, pasti dari tadi kuping udah panas denger dia ngomel.
Kesimpulan untuk hari ini adalah, terkadang  (dan kayanya selalu sih) mengeluh menutup kesempatan kita untuk berpikir lebih terbuka dan kreatif. Coba saya tadi mengeluh, pasti pikiran saya jadi mumet jalan keluar ga terpikirkan dan kerjaan pun akhirnya ga selesai-selesai.
Hari ketiga, rasanya mulai terbiasa. Semoga seterusnya bisa SEMAKIN terbiasa. Terimakasih om @newsplatter untuk #NoComplaintWeek nya. Sekian untuk hari ini, sampai ketemu besok. J

Selasa, 13 Maret 2012

#NoComplaintWeek Day 2


13 Maret 2012, hari kedua menjalani  #NoComplaintWeek. Me-review kejadian sepanjang hari yang bisa menjadi “faktor resiko” mengeluh. Dibandingkan sharing teman-teman yang lain, rasanya hari saya masih jauh lebih baik (dan beruntung). :D
Bangun tidur sudah diawali dengan SMS dari mantan pacar (dan buat saya itu berarti mood yang jelek sepanjang hari). Tapi begitu ingat komitmen untuk #NoComplaintWeek mood tetap adem sampe berangkat ke kantor.
Setiba di kantor, niat hati mau sarapan, berhubung Bos 01 dan Bos 02 lagi ga ada di tempat. Ternyata lagi ada kunjungan dari Menteri Kesehatan !! Alhasil, niat sarapan buyar seketika, karena dititipin jaga kandang sama Bos 02. Jadilah, sepanjang hari tanpa sarapan. Ajaibnya, perut (beserta penghuni-penghuninya) kayanya ngerti kalo hari ini saya lagi puasa ngeluh, jadi ikut-ikutan ga complain XD.
Sepanjang hari berjalan biasa, walaupun banyak hal-hal kecil yang bikin mulut gatal pengen ngeluh. Mulai dari vokalis D’bagindas yang  mukanya di close up terus di tivi, makan kacang keasinan, teman kantor yang kerjanya setengah-setengah dan ujung-ujungnya kerjaannya saya yang beresin, tapi semua bisa saya jalani tanpa mengeluh.
Nah ! Mendekati waktu pulang kantor, tiba-tiba ada penjual yang masuk dari pintu ruangan staf buat nawarin kue. “Kak, beli kue Kak? Tinggal satu ini.” Si penjual ngerayu dengan muka memelas. “Mm.. ga Dek, lain kali yah.” “Kasian Kak, tinggal satu ini. Beli ya Kak ?” Pas saya ngelirik kantongannya, eehh.. masih banyak kuenya. Sadar ketahuan si penjual ngeles “Yang ini sudah dibeli sama orang di bawah Kak, tapi belum dibayar “ Saya tetep kekeuh ga mau. Ehhh… si penjualnya juga kekeuh ga mau pergi. Untung bos 01 dan 02 lagi tidak di tempat. Bisa kena semprot tuh penjual. Dan, sekitar 10 menit si penjual bertahan ga pergi-pergi. Mungkin bosan dan jengkel, si penjual akhirnya pergi juga. Pheww !!  Berhasil terlewati tanpa mengeluh dan marah .
Dua hari #NoComplaintWeek, malah berasa banyak hal yang harusnya menjengkelkan di hari yang normal, tapi malah menjadi lucu dan bikin pengen ketawa. Cuma #NoComplaintWeek yang bisa buat saya ngakak gara-gara pantat kepanasan sadel motor yang parkir di bawa matahari yang lagi lucu-lucunya. Anggap ajah lagi latihan nge-tanning.  XD
Kesimpulan untuk hari ini, mungkin tanpa sadar saya mengeluarkan keluhan, tapi sejauh yang saya harapkan tidak membawa dampak yang negatif. Yah, mengeluh memang tidak akan mengubah keadaan, memperburuk mungkin ia. Hidup tidak akan pernah menjadi lebih mudah dengan mengeluh. Ada kalanya, di balik hal yang tidak menyenangkan yang terjadi, ada hal  lain yang jauh lebih baik tersembunyi di belakangnya. Sekian untuk hari ini. Semoga besok bisa lebih baik lagi. Sampai ketemu besok. J

Senin, 12 Maret 2012

First Day of #NoComplaint Week



                12 Maret 2012, hari pertama ikut #NoComplaintWeek nya Om @newsplatter. Dengan status just broke up semalam, rasanya sedikit nekat untuk ikutan #NoComplaintWeek . Bagaimana mungkin perasaan lagi galau (ceileee…XD) bisa tahan untuk tidak mengeluh ???  SEPANJANG MINGGU ??? Tapi begitulah, I’m in !
Baiklah ini dia yang terjadi sepanjang hari ini. Bangun lebih pagi dengan semangat mau jalani #NoComplaintWeek (sampai kebawa mimpi, honestly). Jadi begitulah. Mandi dan berangkat ke kantor. Sepanjang jalan oke, lancar aman terkendali.
                Dua jam pertama sepagian, masih sempat ngetawain orang-orang di kontak BBM yang mulai mengeluh pada pukul 08.00 !!! Masih sempat ngetawain loh. Sempat update twitter, dan diketawain om @newsplatter gara-gara terlalu semangat pagi-pagi. Hihihi.. Setelah itu, back to work, ngerjain kerjaan harian. Sampai pukul 10.00 masih terbilang lancer. Masih bisa senyam-senyum.
                And the story goes…  Anyway, saya adalah seorang Pegawai Negeri  Sipil unyu berumur 23 tahun yang bekerja di sebuah Rumah Sakit Pemerintah Daerah.Kerjaan saya sebagai petugas sensus harian pasien, yang artinya ngumpulin sensus dari ruang perawatan untuk selanjutnya direkap. Nah, disinilah tantangannya. Berhubung saya masih muda belia (uhukk..) dan masih newbie megang kerjaan ini, jadi ada ajah tantangannya. Mulai dari perawat yang judes, perawat yang cuek, atau perawat yang pura-pura ga tau kalo ditanyain sensus. Dan inilah yang menguji kesabaran. Hari ini niatnya mau ngambil sensus di tiga ruangan, Paviliun Kenanga, Paviliun Seroja, dan ICVCU.
                Ruangan pertama sensus belum dibuat. Niat hati mau laporan ke kepala ruangan, ehh malah dicuekin. Hati masih sabar. Masih bisa senyam-senyum sambil  jalan keluar. Next ruangan kedua, sensusnya juga belum ada, alasannya hilang, padahal hilangnya sudah dua hari yang lalu. Okeh, masih sabar, masih bisa nanana. Ruangan ketiga. NAH!!! Ini dia !! Begitu masuk kepala ruangannya udah judes. Marah-marah ga jelas katanya saya ga sopan lah, ga permisi-permisi masuk ruangan. Lah ! biasanya emang gitu kok. Tapi teteup, Kepala Ruangan mengomel, pegawai cakep nan unyu tetap berlalu J)) .
                Begitu balik ke ruangan disinilah setan-setan penggoda buat mengeluh mulai bekerja. Begitu ketemu teman seperjuangan, lidah mulai gatal buat ngeluh. Tapi suara malaikat anti ngeluh kayanya lebih kenceng. So, masih bisa nahan lidah (dan hati) buat ngeluh. Tapiiiii…. Ternyata si teman perjuangan ini juga “dipake” sama si setan penggoda mengeluh. Datang-datang dia ngeluh kerjaannya ga beres. Nyuruh saya buat nanya ke kepala seksi buat beresin kerjaannya. Padahal bisa ajah dia ngerjain sendiri. Mulai deh, gigit-gigit kepalan tangan.  Si teman curhat (baca : ngeluh), jadi kepengen ikutan “curhat” soal kejadian tadi. Brrr… tapi masih tahan.
                Dan waktu terus berlalu. Agak siangan, laporan bulanan mulai ikut-ikutan. Daannn… jengjeng!!! Keluhan pertama !! “Aduuhhhh… kenapa begini  !!!”  Jadi hari pertama sudah mengeluh. Dengan suara keras pula :’( .
                Pukul 14.00 balik ke rumah. (rumah sakit 6 hari kerja, jadi jam 2 udah pulang). Lucky me, di luar sana cuaca mendung, ga panas kaya biasanya. Dan berhubung saya tinggal di kota kecil, ga kenal macet. Cuaca adem, jalanan lancer, ga ada yang ugal-ugalan di jalan raya, ga ada alas an untuk ngeluh. Tiba di rumah tiba-tiba kepala sakit gara-gara telat makan. Dan keluhan kedua pun keluar. Kepalaku sakit ! Walaupun ga ada yang dengar, tapi tetap berasa mengeluh.
                Dan keluhan terakhir, tweet yang tanpa sadar ternyata adalah keluhan. Komik favorit bakal terbit. Tapi berhubung di kota kecil jadi mesti nunggu sebulan untuk masuk ke toko buku sini. Dan “hiks” pun sebagai penanda keluhan saya yang ketiga hari ini.
                Jadi, itulah hari pertama saya untuk #NoComplaintWeek. Saya mengeluh (yang sadar dan ingat) sebanyak tiga kali hari ini. Gagal ? Rasanya sih tidak yah ?? Yang penting usaha buat nahan diri (susaahhh loohh!!!!).  Saya masih bersyukur kalo saya tidak sedang tinggal di kota besar yang pasti penuh dengan kompleksitas yang sangat mengundang untuk mengeluh.
                Yah, saya mulai belajar untuk berkomitmen terhadap sesuatu  lewat ##NoComplaintWeek ini. Belajar sabar juga. Jadi, my day wasn’t bad at all. Sekian untuk hari ini. Sampai ketemu besok. J

Jumat, 02 Maret 2012

SECANGKIR TEH BERSAMA TUHAN


             Ah, terima kasih Tuhan, aku tahu Engkau sibuk, tapi Engkau mau menyempatkan waktu minum teh denganku sore ini. AKu tahu ada berapa milyar orang yang harus Engkau urus saat ini, dan aku merasa terhormat sekali Engkau memilih untuk minum teh bersamaku.
              Tuhan, apakah Engkau kenal dengan Ahmad Dhani ? Tentu.. tentu.. aku tidak akan mebuang waktu-Mu untuk mebicarakan dia. Ini tentang lagu ciptaannya. Judulnya kalau tidak salah Munajat Cinta atau sejenis itulah. Liriknya begini, : “ Tuhan kirimkanlah aku, kekasih yang baik hati… yang mencintai aku… apa adanya….”  Tuhan tahu lagu itu kan? Haha, tentu.. bodoh rasanya bertanya. Dunia ini milik-Mu. Tentu Engkau tahu.
                Nah, itulah yang ingin ku perbincangkan dengan-Mu sore ini Tuhan. Ya ! Kekasih ! Aku tidak akan repot-repot mengundang-Mu minum teh jika aku akan meminta sesederhana yang diminta Ahmad Dhani. Aku ingin meminta yang muluk-muluk. Maukah Engkau mendengarkan, Tuhan ?
                Aku tahu, aku terlalu banyak meminta pada-Mu, sementara aku tak pernah memberi apa-apa pada-Mu. Maafkan aku. Tapi maukah Engkau tetap mendengarkan dan mengabulkannya ? Yah, aku ingin seorang kekasih, Tuhan. Tidak perlu seorang yang gagah, seorang yang kaya, seorang yang terkenal, seorang yang terlalu cerdas, tentang hal-hal yang pasti di dunia ini. Tidak perlu yang seperti itu.
                Aku tidak akan mengatakan HANYA Tuhan, karena aku ingin meminta banyak. Aku ingin seorang kekasih yang bahagia  melihat aku tertawa bukan bahagia melihat aku menangis. Aku ingin kekasih yang tertawa bersamaku dan menangis bersamaku. Aku ingin kekasih yang punya mimpi yang sama denganku. Aku ingin seseorang yang mau membangun kehidupan ini dari awal bersamaku. Mengumpulkan sekeping demi sekeping untuk membangun semua rumah impian. Aku ingin seorang kekasih yang memilih aku untuk bersamanya Tuhan. Bukan memilih sebuah kehidupan dengan aku sebagai bagian didalamnya. Aku ingin seorang kekasih yang berkata, “Aku yang menyapu kamu yang cuci piring, yah” sambil tersenyum hangat. Aku ingin seseorang yang berdiri di depanku ketika hinaan dan cobaan datang kepadaku, Tuhan. Aku ingin seseorang yang memandang masa laluku sebagai bagian yang lalu dari kehidupanku, dan berkata “Lupakan itu! Sekarang aku bersamamu!” bukan menjadikannya bahan untuk menghinaku. Aku ingin seorang yang menggenggam tanganku Tuhan, berjalan bersamaku, bukan berjalan di depanku atau berjalan di belakangku, tapi tepat berada disampingku.
Dan terlebih ya, Tuhan aku ingin seorang yang bangun di Minggu pagi dan berkata dengan ceria, “Ayo kita ke gereja !” atau “Ayo berdoa bersamaku.”  Bukankah itu yang sejak tadi Engkau harapkan keluar dari mulutku?? Ya, Tuhan ! Aku rindu seseorang yang seperti itu. Sangat !
Ahh.. Tentu Tuhan, aku tidak mengharapkannya sekarang. Aku bisa menunggu. Tiga tahun, bahkan lima tahun lagi. Aku akan menunggu Engkau memberikan yang terbaik. Aku mau menunggu Engkau mencarikannya untuk aku. Mendengarkan hingga ke bagian bumi yang terjauh sekalipun. Seseorang yang memiliki doa yang sama denganku sekarang. Aku sama sekali tidak keberatan menunggu hingga beberapa waktu lagi. Hingga kesepian ini mulai membunuh, hingga aku tak lagi mampu bertahan  dengan beban kehidupanku dan membutuhkan seseorang untuk menepuk-nepuk bahuku dan berkata, “ Tenanglah, semua akan baik-baik saja.”
Tuhan, tidakkah ini menyenangkan ? Minum teh bersama-Mu ? Harusnya aku melakukan ini dari dulu, bukan ? Supaya aku tidak perlu menangis karena telah memilih orang yang salah. Orang yang sesungguhnya tidak pernah bisa jujur pada dirinya sendiri bahwa dia tidak pernah bisa mencintai.
Ahh, sudahlah.. Aku senang Engkau mau minum teh bersamaku Tuhan. Kuharap gulanya sesuai dengan selera-Mu. Dan tehnya tidak keburu dingin, karena aku bahkan belum sempat mempersilakan-Mu minum, dan ceritaku terlalu panjang. Maafkan aku, Tuhan. Minumlah. Terima kasih mau meluangkan soreMu untuk minum teh denganku. Ini sangat berarti untukku, Tuhan.