Follow Me

Minggu, 02 Desember 2012

BOILING POINT OF COMPLAINING


Alexandria, 9.44 malam, sudut kota yang sepi dengan signal minimal.
Entah ditegur secara tidak langsung oleh pemilik alam semesta, kiriman ayat renungan saya hari ini adalah tentang mengeluh. ‘Mengapa orang hidup mengeluh ? Biarlah setiap orang mengeluh tentang dosanya. (Ratapan 3 : 39).’
Akhir-akhir ini saya merasa banyak sekali mengeluh. Entah itu mengeluh tentang orang-orang disekitar saya maupun dengan keadaan itu sendiri. Dan saya akhirnya sampai pada titik ini. Titik untuk lelah mengeluh. Tidak lagi punya tenaga bahkan bahan untuk mengeluh. Sepertinya saya menaruh harapan yang tidak pada tempatnya. Karena hukum alam mengatakan bahwa Ekspektasi < kenyataan = kecewa. Dan kekecawaan inilah yang berujung pada mengeluh.
Setelah mengikuti training #NoComplaintWeek-nya om @newsplatter selama seminggu, saya banyak belajar tentang mengeluh. Lesson learned ! Tapi namanya juga manusia, selalu mengatasnamakan khilaf untuk sebuah pengulangan kesalahan, jadi seperti itulah.
Mengeluh tetaplah mengeluh. Suatu saat seperti saya sekarang ini, akan tiba masa di mana akan tiba pada Boiling Point of Complaining. Titik jenuh untuk mengeluh. Titik lelah untuk mengeluh. Titik di mana rasa  kecewa sudah terlalu dalam untuk bisa diekspresikan lagi.  Akhirnya akan ada proses penerimaan kenyataan alias nrimo ajah setiap high expectation yang tidak pada tempatnya.
Orang-orang disekitar kita tidak akan pernah stagnan pada tempatnya. Setiap orang berubah. Akan selalu berubah. Revolusi dan atau evolusi.  Apabila kita tidak siap untuk menerima perubahan itu, di saat itulah kekecewaan akan timbul. Ataukah seperti yang saya katakan tadi ekspektasi yang tidak pada tempatnya. Kita menaruh harapan besar kepada seseorang ataupun suatu keadaan, di mana hal tersebut hanya sebatas keinginan ataupun angan kita sendiri. Saat orang/keadaan yang terjadi tidak seperti yang kita harapkan, maka kekecawaanlah yang akan timbul kemudian disusul dengan keluhan blablabla.
Yah, saya mengeluh. Dan saya lelah untuk mengeluh. Saya hanya perlu meletakkan ekspektasi pada tempat yang tepat dan berusaha menerima bahwa ada kalanya sesuatu tidak harus seperti yang saya harapkan. Dan berusaha bahagia. People change. Always change. And I have learned something kalau mengeluh itu melelahkan.  Sangat melelahkan.
Sekian.